kedai aku

Sunday, January 6, 2013

EKSIEDEN SELEPAS SELESAI ACARA TOLAK BALA


JAKARTA . Baru saja dilakukan upacara ritual “tolak bala” dan dibacakan mantra yang dipimpin dalang senior Ki Manteb Sudharsono, eh, mobil listrik ‘Ferrari’ Tuxuci milik Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan malah mengalami kecelakaan di Plaosan Magetan, sekitar pukul 15.000 WIB. Kondisi mobil rusak parah.
Mobil listrik yang dikemudikan sendiri oleh Dahlan itu menabrak tebing dan tiang listrik karena rem blong. Kepala Biro Humas Kementerian BUMN Faisal Halimi, seperti dikutip detik.com, Sabtu (5/1/2013) menjelaskan, pasca kecelakaan kondisi mobil rusak parah.
“Dari Tawangmangu turunan tajam. Kita sudah di Magetan, mobil di sana rusak parah,” tutur Faisal.
Mobil listrik yang dikemudikan langsung oleh Dahlan bersama salah seorang penemu mobil listrik itu mengalami rem blong sehingga menabrak tebing dan tiang listrik.....[salam-online]

Sebelum berangkat, mobil itu sempat diberi doa ‘tolak bala’ yang dipimpin oleh dalang senior Ki Manteb Sudharsono. Setelah dibacakan mantra, selanjutnya mobil Tucuxi disiram dengan air yang diambil dari empat arah penjuru di Solo.
Dahlan menegaskan doa tolak bala’ itu diadakan selain untuk menghindari musibah dan bencana, juga untuk menghindarkan dari fitnah.
“Ini bukan ruwatan tapi tolak bala. Karena kalau ruwatan itu untuk manusia. Sedangkan untuk barang itu didoakan agar terhindar dari bala’ atau musibah,” ujar Manteb.


Sementara Faisal sebelumnya menegaskan, ruwatan ((tolak bala) dilakukan agar Tucuxi terhindar dari segala bahaya. “Termasuk bala dan fitnah dari manapun,” tuturnya.
Jika Dahlan percaya akan terhindar dari mara bahaya, maka dalam Islam, ujar Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Ustadz Syuhada Bahri, bos Jawa Pos dan orang-orang yang turut mempercayainya itu sudah tergolong melakukan perbuatan syirik.
“Karena, dengan meruwat (tolak bala) itu dia berarti sudah menggantungkan keselamatan diri dan mobilnya itu kepada selain Allah,” tegas Ustadz Syuhada kepada salam-online, Sabtu (5/1/2013).
Kata Ustadz Syuhada Bahri, sebagai Muslim, apalagi selaku publik figur atau pemimpin, seyogianya menghindari hal-hal yang dapat merusak akidah (tauhid). “Efek akidahnya si pelaku menjadi musyrik,” ujar Ustadz Syuhada.
Ustadz Syuhada menambahkan, ruwatan, mandi kembang dan beragam klenik atau perbutan mistik dan syirik lainnya, sangat terlarang dalam Islam. “Karenanya sebagai Muslim harus menjauhi segala hal yang berhubungan dengan klenik atau mistik itu, karena dapat menjatuhkan pelakunya ke dalam perbuatan syirik kepada Allah,” pungkasnya.
Para ulama juga sepakat, bahwa perbuatan klenik, mistik, dan sejenisnya, yang meyakini ada kekuatan selain Allah, adalah perbuatann syirik, dan dalam Al-Qur’an disebutkan sebagai dosa yang tidak diampuni.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar,” (QS An-Nisaa’: 48).
Negeri, yang meski mayoritas penduduknya Muslim ini, kian tambah rusak saja, lantaran para pemimpinnya mempersekutukan Allah.
Seperti diberitakan, upacara ritual tolak bala Tucuxi yang dituding mencuri teknologi mobil Ferari itu, dilakukan dengan kembang setaman.


Suasana sesaat setelah mobil Dahlan Iskan mengalami kecelakaan di Magetan (detikcom)Seusai acara tolak bala, mobil Tucuxi akan dikendarai Dahlan menuju Surabaya dengan melewati rute Tawangmangu. Dari Tawangmangu, Dahlan akan membawa Tucuxi melewati Sarangan dan mampir di Magetan, tempat kelahiran Dahlan Iskan. Selanjutnya, mobil Tucuxi akan dibawa ke Surabaya.
Eh, setelah dirituali tolak bala’ di Solo agar, katanya, sang mobil terhindar dari mara bahaya, justru malah mengalami kecelakaan di Plaosan, Magetan, dan mengalami rusak parah.
Dahlan Iskan sendiri kemudian terpaksa pindah mobil. Keinginannya untuk menyetiri sendiri mobil listriknya itu sampai ke Surabaya pun kandas di tengah jalan. Apa artinya ini? (salam-online)




No comments:

Post a Comment